Dipublikasikan oleh PT Kambium Sepanjang Masa • 14 September 2025
Beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan di Indonesia gencar melakukan transformasi digital. Mereka berinvestasi pada aplikasi baru, membangun infrastruktur IT, dan berharap semua itu bisa langsung meningkatkan kinerja. Namun kenyataannya, tidak sedikit yang merasa hasilnya jauh dari ekspektasi.
Seorang direktur perusahaan distribusi pernah berkata, “Kami sudah pakai aplikasi untuk hampir semua divisi, tapi kenapa masih saja laporan lambat keluar? Kenapa komunikasi internal tetap tidak efisien?” Pertanyaan seperti ini sering muncul karena transformasi digital bukan hanya soal membeli teknologi, tetapi juga mengubah cara kerja.
Berikut lima tantangan umum yang sering kami temui di lapangan—beserta langkah praktis untuk mengatasinya.
Resistensi dari Karyawan
Masalah: Karyawan yang terbiasa dengan cara lama cemas terhadap sistem baru. Mereka khawatir pekerjaan makin rumit atau tergantikan, sehingga adopsi melambat.
Cara Mengatasinya:
- Libatkan karyawan sejak awal; minta masukan saat perancangan alur kerja.
- Sediakan pelatihan berbasis peran (role-based), bukan sekadar manual.
- Tunjukkan manfaat nyata untuk pekerjaan mereka sehari-hari (quick wins).
Data yang Terpisah (Data Silo)
Masalah: Finance, HR, sales, dan operasional menyimpan data di sistem berbeda. Akibatnya data tercecer, sulit disatukan, dan laporan manajemen kurang akurat.
Cara Mengatasinya:
- Gunakan platform integrasi untuk menghubungkan sistem lama dan baru.
- Terapkan single source of truth agar analitik lebih konsisten.
- Mulai dengan integrasi bertahap pada proses bernilai tinggi (prioritas).
Biaya yang Membengkak
Masalah: Biaya lisensi, server, pelatihan, dan maintenance sering tidak terhitung sejak awal, sehingga anggaran mudah jebol.
Cara Mengatasinya:
- Lakukan analisis kebutuhan dan TCO (Total Cost of Ownership) sebelum membeli.
- Pilih solusi yang scalable—bayar sesuai pertumbuhan penggunaan.
- Maksimalkan integrasi agar investasi lama tetap terpakai.
Kurangnya Dukungan Manajemen Puncak
Masalah: Banyak proyek digital mandek karena pimpinan tidak benar-benar mendukung. Tanpa sponsorship, perubahan sulit terjadi lintas divisi.
Cara Mengatasinya:
- Tampilkan business case yang jelas: KPI, ROI, dan risiko bila tidak berubah.
- Jadikan transformasi digital bagian dari strategi perusahaan, bukan proyek IT.
- Beri ritme eksekusi (quarterly review) dengan target dan metrik yang nyata.
Fokus pada Teknologi, Bukan Proses Bisnis
Masalah: Perusahaan sibuk memilih aplikasi/vendor, tetapi lupa memetakan proses inti. Akhirnya teknologi tidak menyelesaikan akar masalah.
Cara Mengatasinya:
- Peta proses end-to-end; identifikasi bottleneck dan waste.
- Rancang ulang alur kerja terlebih dulu, teknologi mengikuti kebutuhan.
- Ukut hasilnya: efisiensi waktu, akurasi data, kepuasan pelanggan.
Bagaimana Kambium Bisa Membantu
Di Kambium, kami melihat inti masalah transformasi sering berada pada integrasi. Dengan pendekatan AI System Integration, kami membantu:
- Menyatukan data dari berbagai aplikasi agar mudah dianalisis.
- Mengotomatiskan proses lintas divisi untuk memangkas waktu kerja.
- Menyediakan insight berbasis AI yang mendukung keputusan cepat dan akurat.
Hasilnya, perusahaan melangkah dengan strategi yang tepat—bukan sekadar menambah aplikasi baru.
Penutup – Jangan Biarkan Tantangan Menghentikan Perubahan
Transformasi digital memang menantang. Tetapi dengan memahami hambatan sejak awal dan menyiapkan langkah praktis, perusahaan bisa mengubah rintangan menjadi keunggulan.
Mulailah dari hal yang paling berdampak: perbaiki proses inti, integrasikan sistem, lalu manfaatkan AI untuk mempercepat keputusan.
Siap memulai transformasi digital yang lebih efektif? Hubungi tim Kambium atau jelajahi solusi AI System Integration kami.



